![]() |
Pelajar sekolah Navigasi di
Hamadi Hollandia(Jayapura) tampak pelajar dari PNG dan Nederlands Nieuw Guinea
saling bekerja sama
|
Jayapura, –
From Sorong to Samarai, itulah ungkapan yang keluar dari ucapan masyarakat
Papua Barat maupun saudara-saudara serumpun mereka dari Papua New Guinea. Atau
pertanyaan selalu dilontarkan warga negara Papua New Guinea, siapa yang membuat
tapal batas negara itu?
Sebenarnya
impian lama antara Nederlands Nieuw Guinea dan Australia New Guinea pernah
muncul di era 1960 an. Waktu itu ada kerja sama pertukaran pemuda dan pelajar
antara kedua saudara serumpun New Guinea Island.
Puluhan
pemuda New Guinea Australia datang belajar Sekolah Pelayaran Navigasi, di
Hamadi Hollandia (sekarang Jayapura) . Sebaliknya pemuda dari Nederlands Nueuw
Guinea belajar telekomunikasi di Lae, Kota kedua terbesar di Australia New
Guinea. Selanjutnya beberapa pemuda Nederlands New Guinea belajar dan kuliah
di kedokteran di Port Moresby.
Dua tahun
sebelum kemerdekaan Papua New Guinea pada 16 September 1975, Kepala Kantor
Wilayah Kesehatan Provinsi Irian Barat, Dr Suryadi Gunawan berkunjung ke Papua
New Guinea. Dalam laporan perjalanan 1973 ke PNG dr Suryadi Gunawan menulis saat menghadiri
clinical meeting di Port Moresby sempat bertemu dengan dua dokter putra daerah
Irian Barat lulusan Papua Medical College yaitu dr Chris Marjen spesialis
anestesi dan dr Hein Danowira spesial bedah.
Lulusan
dokter-dokter dari Irian Barat lainnya di PNG tulis dr Suryadi Gunawan adalah
dr Peter Pangkatana spesialis kesehatan anak,
dr Saweri spesialis penyakit dalam, dr Fiay spesialis osbsteri dan
gynekologi, dr Suebu spesialis kesehatan anak.
Para dokter
dari Irian Barat ini belajar ke Port Moresby pada 1961 dengan beasiswa dari
pemerintah Belanda. Setelah Belanda angkat kaki dari Irian Barat bea siswa
terputus dan 1963 diteruskan oleh pemerintah Australia hingga mereka selesai
menjadi dokter. Pemerintah Nederlands Nieuw Guinea dan Australia New Guinea
juga menjalin kerja sama olahraga, setiap tahun dilangsung pertandingan
olahraga antara kedua wilayah New Guinea.
Saat itu
banyak warga Papua New Guinea dari Vanimo datang ke Hollandia untuk bekerja dan
bersekolah di wilayah Nederlands Nieuw Guinea.Kunjungan rutin dari pemerintah
Nederlands Nieuw Guinea dan Australia New Guinea khususnya Sekretaris
Departemen Teritorial dari Canberra dan administrasi dari Australia PNG kerja
sama membangun rencana Unifikasi New Guinea.
Kerja sama
itu meningkat dengan membuka lahan-lahan pertanian khususnya perkebunaan coklat
dan kopi. Bantuan dana dari negara-negara ekonomi Eropah kepada Nederlands
Nieuw Guinea dan PNG adalah pertama kali mengembangkan perkebunan coklat rakyat
di Nimboran 1958. Papua New Guinea juga membangun perkebunan coklat dan
kopi di
wilayah Lae dan Goroka.
Saat Jubi
berkunjung ke Lae pada April 2002, ternyata kopi produksi rakyat di Goroka
banyak dijual ke Pabrik Nescafe di Lae. Begitupula coklat dari perkebunan
rakyat di Papua New Guinea dikirim ke Kota Industri Lae untuk diproduksi.
Masyarakat petani kopi di Goroka menyebut green gold untuk produk pertaninan
kopi.
Orang-orang
dari Papua Barat pertama kali eksodus pertama ke PNG era 1963 saat Irian Barat dibawah
pemerintahan Pemerintah Indonesia. Gelombang eksodus kedua terjadi pada 1969
setelah pelaksanaan Pepera 1969. Termasuk dalam rombongan eksodus 1969 Nick
Messet, Moses Werror, Zonggonao dan
Runaweri.
Gelombang
eksodus terbesar dari Irian Jaya ke PNG terjadi pada 1984 usai ditemukan
tewasnya musisi dan budayawan Papua pendiri grup musik Mambesak Arnold Ap dan
Eduard Mofu d Pasir Enam Kota Jayapura.
Sejak itu
sekitar ratusan ribu pengungsi dari Irian Jaya melarikan diri ke PNG akibat
kekerasan militer. Eksodus sesuai catatan Kompas, 14 Oktober 2000 menyebut
sejak 1963, selanjutnya 1970 setelah pelaksanaan Pepera 1969 dan eksodus
terbesar 1984. Mereka berangsur-angsur telah dipulangkan ke Irian Jaya sekitar
831 orang. Bahkan pemerintah PNG sendiri telah memberikan warga negara PNG
kepada ribuan warga Papua Barat yang eksodus pada 1984.(Dominggus Mampioper)
http://tabloidjubi.com/2016/03/13/rencana-penggabungan-pulau-guinea-baru-di-era-1960-an/
0 komentar:
Posting Komentar