Kuba adalah negara pulau yang
terletak di Teluk Meksiko, Laut Karibia. Kuba merupakan negara yang terkenal
dengan cerutunya. Kuba sebelumnya juga lama menjadi jajahan Spanyol. Pada masa
Perang Dingin, Kuba yang letaknya sangat strategis juga tidak luput dari
incaran perluasan pengaruh dan ideologi negara adidaya. Kuba merupakan negara
republik komunis pertama yang berada di belahan bumi Barat. Letak Kuba yang
dekat dengan Negara Amerika Serikat menjadi ancaman serius bagi Amerika
Serikat.
Kuba sebelum
Perang Dunia II
Kuba pertama kali ditemukan oleh Columbus, orang
Spanyol pada tahun 1492. Seperti halnya tempat-tempat lain yang ditemukan orang
Eropa dalam masa penjelajahan samudra, yaitu diakui sebagai miliknya, begitu
pula dengan nasib Kuba. Columbus segera mengklaim bahwa Kuba adalah milik
Spanyol. Sejak saat itu, Kuba menjadi koloni Spanyol. Pada sekitar tahun
1868–1878 di Kuba timbul gerakan menuntut kemerdekaan. Perang Kemerdekaan tahap
kedua muncul pada tahun 1895 dengan dipimpin Jose Marti. Amerika Serikat
mendukung gerakan itu setelah kapal perangnya Marine yang dikirim untuk
melindungi warga negaranya di Kuba meledak misterius. Amerika Serikat
menganggap itu merupakan sabotase yang dilakukan Spanyol. Oleh karena itu,
Amerika Serikat membantu Kuba menyingkirkan Spanyol. Wilayah Kuba sampai tahun
1902 mendapat perlindungan dari Amerika Serikat. Pada tahun 1933 kelompok
revolusioner yang dipimpin oleh Fulqencio Batista berhasil mengambil alih
pemerintahan di Kuba. Batista memerintah Kuba secara diktator. Pada masa
pemerintahan Batista, korupsi makin merajalela.
Kuba setelah
Perang Dunia II
Kondisi rakyat Kuba yang sangat memprihatinkan
pada masa pemerintahan Batista, menggugah semangat salah seorang anak bangsa
untuk memperbaikinya. Fidel Castro seorang putra tuan tanah kaya raya tidak
tahan melihat penderitaan rakyat Kuba. Pada tahun 1953 Castro mencoba melakukan
kudeta, tetapi gagal. Akibatnya, Castro dijatuhi hukuman lima belas tahun
penjara.
Namun, baru menjalani hukuman selama dua tahun,
Castro telah dibebaskan. Penjara tidak membuat Castro jera dalam memperjuangkan
keinginannya. Setelah keluar dari penjara Castro kembali menghimpun kekuatan.
Castro melatih pengikutnya di dekat kota Meksiko. Pada tahun 1956, Castro
bersama para pengikut setianya kembali berusaha menggulingkan kekuasaan
Presiden Batista. Selama hampir tiga tahun Castro berusaha merebut kekuasaan di
Kuba. Pada tahun 1959 Batista meninggalkan Kuba dan digantikan Castro. Fidel
Castro sebenarnya bukan seorang komunis. Hal itu seperti pernyataannya yang
mengatakan, “Revolusi kita bukan berwarna merah, melainkan hijau zaitun.”
Kata-kata Castro itu menunjuk pada warna seragam yang ia pakai bersama
pengikutnya. Bahkan, Castro juga mengutuk komunis dengan konsepnya yang
totaliter. Castro juga berusaha membersihkan tindakannya yang dianggap
disponsori komunis dengan berpidato di Universitas Princeton, Amerika Serikat.
Dalam pidato tersebut, Castro menyatakan bahwa, “... bertentangan dengan pola
Revolusi Rusia dan model Marxis bahwa di Kuba tidak berdasarkan perjuangan
kelas .... Revolusi Kuba juga tidak berniat meniadakan kepemilikan swasta.”
Namun, pemerintah Amerika Serikat tetap memandang bahwa revolusi yang
dikobarkan Castro disponsori pihak komunis. Hal ini akibat tindakan Castro yang
banyak mengubah kehidupan Kuba yang mendekati slogan komunis, sama rasa sama
rata. Castro banyak membangun sekolah dan rumah bagi orang yang tidak mampu.
Pemerintah Kuba juga mulai mengontrol semua penerbitan surat kabar serta siaran
radio dan televisi. Tindakan Castro makin lama mengkhawatirkan pemerintah
Amerika Serikat. Hal itu disebabkan Castro makin berani menasionalisasi
perusahaan-perusahaan asing yang berada di Kuba.
Akibatnya, Amerika Serikat mengambil tindakan
tegas, yaitu menghentikan hubungan dengan Kuba pada tahun 1961. Menghadapi
kenyataan itu Fidel Castro selanjutnya segera menjalin hubungan dengan
negara-negara komunis, seperti Cina dan Uni Soviet. Dari negara-negara
tersebut, Kuba berharap agar mereka bersedia memberi bantuan ekonomi guna
melaksanakan dan melanjutkan pembangunan.
Pemerintah Amerika Serikat yang mendapati
kenyataan bahwa Kuba telah masuk blok komunis makin khawatir atas keselamatan
negaranya. Hal itu beralasan karena jarak Kuba dengan Amerika Serikat tidak
lebih dari 10 mil. Atas kekhawatiran itu, pemerintah Amerika Serikat berniat
menggulingkan pemerintahan Fidel Castro yang prokomunis. Untuk mencapai maksud
itu, pemerintah Amerika Serikat akan menggunakan para pelarian Kuba yang
tinggal di Amerika Serikat. Dari orang-orang pelarian Kuba itu, Amerika Serikat
berharap dapat menguasai Teluk Babi yang dapat dipakai sebagai lompatan untuk
menundukkan Havana, ibu kota Kuba. Dinas intelejen Amerika Serikat (CIA)
bertugas melatih orang-orang pelarian Kuba agar berhasil dalam misinya. Sekitar
1.200 orang pelarian Kuba di Amerika Serikat berhasil dikumpulkan dan dilatih
kemiliteran.
Presiden baru Amerika Serikat, John Fietzgeerald
Kennedy juga menyetujui rencana penggulingan Fidel Castro melalui orang-orang
Kuba sendiri. Kennedy bahkan memerintahkan untuk memberi perlindungan dan
pengawalan dalam penyerbuan Teluk Babi melalui pelarian orang-orang Kuba
dilaksanakan. Peristiwa itu kemudian disebut The Bay Pig’s Episode atau Insiden
Teluk Babi. Namun, pada detik-detik terakhir penyerangan, Kennedy memerintahkan
membatalkan bantuan perlindungan dan pengawalan. Akibatnya mudah diduga,
pemerintah Kuba sangat mudah mematahkan penyerbuan orang-orang Kuba pelarian
itu. Atas Insiden tersebut, hubungan Kuba dan Amerika Serikat makin renggang.
Sementara itu, pemimpin Uni Soviet, Khruschev segera memanfaatkan situasi atas
insiden Teluk Babi tersebut dan begitu intensif mendekati Kuba. Ia menawarkan
paket bantuan ekonomi yang lebih besar lagi apabila Kuba bersedia mengizinkan
Uni Soviet membangun pangkalan militer dan menempatkan rudal nuklirnya di
wilayah tersebut. Ia berencana rudal-rudalnya akan dapat diarahkan ke Amerika
Serikat tanpa ada hambatan. Keinginan Uni Soviet tentu saja mendapat tantangan
dari Amerika Serikat. Presiden Kennedy menyatakan bahwa penempatan rudal Uni
Soviet di Kuba merupakan ancaman langsung terhadap Amerika Serikat. Oleh karena
itu, pemerintah Amerika Serikat akan mengambil segala cara dan tindakan untuk
menggagalkannya. Salah satu tindakan Amerika Serikat dalam menggagalkan
pembangunan pangkalan militer dan rudal Uni Soviet adalah menghadang setiap
kapal Uni Soviet yang menuju ke Kuba. Tentu saja tindakan itu menimbulkan
krisis yang hampir membawa dunia dalam perang nuklir. Karena merasa belum
berimbang kekuatan militernya, akhirnya Uni Soviet membatalkan penempatan
pangkalan militer dan rudalnya di Kuba. Apalagi, Amerika Serikat juga berjanji
tidak akan mencampuri urusan dalam negeri Kuba. Hubungan baik Kuba dengan
Amerika Serikat mulai membaik lagi pada tahun 1973 setelah kedua negara membuat
perjanjian mengenai pertukaran pembajak.
Pada tahun 1975 embargo ekonomi pada Kuba yang
dilakukan Amerika Serikat mulai dihapus. Namun, hubungan Amerika–Kuba memanas
lagi setelah pada akhir tahun 1975 Kuba mengirim pasukannya ke Angola. Dari
kejadian di Kuba itu, dua negara adidaya, yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet,
akhirnya juga menyadari betapa bahayanya apabila perang terbuka yang merembet
pada perang nuklir terjadi. Oleh karena itu, untuk meminimalisasi terjadinya
perang nuklir dan akibatnya, kedua negara adidaya sepakat melakukan pembicaraan pengurangan senjata.
0 komentar:
Posting Komentar