B JOSIE SUSILO HADIYANTO
SEOUL, RABU — Otoritas Korea Utara, Rabu (6/1) mengonfirmasi telah
melakukan uji coba senjata nuklir keempat. Dalam pernyataan itu, mereka juga
menegaskan akan terus memperkuat program nuklir mereka dengan alasan untuk
melindungi diri dari kebijakan bermusuhan Amerika Serikat. Pernyataan itu
menurut kantor berita Korea Utara diungkapkan setelah negara itu melakukan uji
coba nuklir keempat.
Dalam pernyataan itu, otoritas Korea Utara
menjanjikan akan menjadi negara nuklir yang bertanggung jawab dan bersumpah
untuk tidak menggunakan senjata nuklir mereka kecuali jika kedaulatan mereka
dilanggar. Mereka pun bersumpah tidak akan mentransfer kemampuan nuklir mereka
kepada pihak lain.
Uji senjata nuklir hidrogen mini itu digelar
pada Rabu pagi. Guncangan akibat ledakan uji coba nuklir itu terdeteksi sebagai
gempa bumi bermagnitudo 5,1. Pyongyang mengatakan, uji coba itu berhasil
dilaksanakan pada Rabu pukul 10.00 waktu Pyongyang. Disebut-sebut, ledakan yang
dipicu oleh bom hidrogen menghasilkan reaksi berantai yang menghasilkan ledakan
jauh lebih kuat daripada ledakan yang dihasilkan oleh bom uranium atau
plutonium saja.
Bulan lalu, pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un
telah menyarankan agar Pyongyang mengembangkan bom hidrogen meskipun klaim itu
disambut dengan keraguan oleh para ahli internasional. Sebelumnya, Korea Utara
memang mengisyaratkan bahwa mereka memiliki bom nuklir yang jauh lebih kuat.
Namun, pernyataan Kim itu diyakini sebagai rujukan langsung yang memastikan
bahwa Korea Utara memang memiliki bom hidrogen.
Awalnya disebut "gempa"
Awalnya, uji coba bom hidrogen itu diketahui
dari kecurigaan para seismolog yang mendeteksi adanya gempa berkekuatan 5,1
skala Richter tak jauh dari situs uji coba nuklir Korea Utara. Situs Pusat
Gempa Tiongkok menggambarkan aktivitas seismik itu sebagai "diduga
ledakan", sementara Pemerintah Jepang mengatakan gempa bumi yang tercatat
di Korea Utara mungkin disebabkan oleh uji coba nuklir. "Mengingat kasus
terakhir, ada kemungkinan bahwa ini mungkin uji coba nuklir oleh Korea
Utara," kata Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga.
Ia menambahkan para pejabat senior dari
lembaga pemerintah terkait berkumpul di kantor perdana menteri untuk berbagi
dan menganalisis data. Jepang telah mengambil langkah-langkah dalam beberapa
tahun terakhir untuk meng-upgrade kemampuan pengumpulan-intelijen,
termasuk meluncurkan satelit untuk memantau Korea Utara yang telah melakukan
uji coba nuklir dan secara rutin mengancam Jepang.
Di Seoul, Kementerian Pertahanan Korea
Selatan mengatakan telah mengkaji laporan tentang dugaan uji coba nuklir itu.
Kantor Berita Yonhap mengatakan Menteri Luar Negeri Yun Byng-se telah
mengadakan pertemuan darurat. Otoritas Korea Selatan menduga gempa itu sebagai
buatan manusia.
REUTERS/ISSEI KATODirektur Badan Meteorologi
Jepang Divisi Observasi Tsunami dan Gempa Bumi Yohei Hasegawa menunjuk grafik
data pergerakan gelombang gempa di Jepang dalam jumpa pers di Badan Meteorologi
Jepang di Tokyo, sebagai dampak dari "gempa" yang terjadi di sekitar
Korea Utara, Rabu (6/1).
Pusat Survei Geologi AS mengatakan, pusat
gempa terdeteksi pada pukul 10.00 waktu Pyongyang. Pusat ledakan terdeteksi di
wilayah timur laut Korea Utara, sekitar 50 kilometer barat laut kota Kilju, tak
jauh dari tempat uji coba nuklir Punggye-ri.
Sebelumnya, Korea Utara telah mengonfirmasi
tiga uji coba senjata nuklir yang semuanya dilakukan di Punggye-ri. Uji coba
pertama dilakukan pada 2006, lalu uji coba kedua dilakukan pada 2009, dan uji
coba ketiga dilakukan pada 2013.
Makin ketat
Dipastikan uji coba terakhir pada Rabu pagi
itu akan menyebabkan sanksi internasional yang makin ketat terhadap Pyongyang
setelah sebelumnya mereka mendapat sanksi seusai melakukan uji coba rudal
nuklir dan balistik.
Uji coba itu tampaknya akan menjadi tamparan
bagi Tiongkok yang menjadi sekutu dekat Korea Utara. Pasalnya selama ini
Beijing mendorong pembicaraan enam negara pemilik nuklir dunia untuk membahas
program nuklir Korea Utara. Sejauh ini, Korea Utara diyakini memiliki cukup
plutonium untuk membuat enam bom nuklir. Mereka memiliki sebuah reaktor, yaitu
Yongbyon, yang diyakini mampu menghasilkan enam kilogram plutonium, cukup untuk
membuat satu bom nuklir.
Reaktor itu kembali diaktifkan setelah uji
coba nuklir pada 2013. Sebelumnya pada 2007, reaktor itu ditutup menyusul
kesepakatan bantuan untuk perlucutan senjata.
(AFP/REUTERS)
0 komentar:
Posting Komentar