Oleh:
Hasanudin Abdurakhman
Dalam
beberapa rapat manajemen yang kami lakukan setiap bulan, sesekali kami
berdiskusi tentang kondisi sumber daya manusia di perusahaan grup kami.
Biasanya muncul keluhan orang-orang Jepang soal kualitas orang kita.
Kebetulan
saya satu-satunya orang Indonesia dalam forum ini. Ini adalah forum yang
anggotanya adalah para presiden direktur perusahaan grup kami (ada 12
perusahaan), ditambah direktur di perusahaan holding. Semua orang Jepang.
Salah
satu hal yang mereka keluhkan adalah soal rendahnya inisiatif. “Shiji machi,”
kata mereka. Artinya banyak orang yang hanya menunggu perintah, kalau tidak
diperintah tidak bergerak. Mereka tidak tahu apa yang dilakukan selanjutnya.
Orang
seperti ini memang akan jadi beban organisasi. Seorang pemimpin tidak akan sanggup
memikirkan segala aspek pekerjaan organisasinya sampai detil. Bawahannya harus
mengambil inisiatif, menerjemahkan arah kebijakan pemimpin ke tingkat yang
lebih detil dan mengeksekusinya.
Tanpa
hal itu, semua beban pikiran akan bertumpu pada pemimpin seorang saja. Kalau
sudah begini, organisasi tidak akan berjalan dengan baik.
Apa
itu inisiatif? Kata ini berasal dari bahasa Inggris, to initiate, artinya
memulai. Mengambil inisiatif artinya memulai suatu tindakan.
Dalam
hal organisasi tindakan yang kita mulai bisa merupakan sesuatu yang sama sekali
baru, tapi tidak harus selalu begitu. Inisiatif dalam pengertian yang kedua
bisa bermakna sebagai penjabaran strategi/kebijakan yang sudah ada.
Bagaimana
mengambil inisiatif? Hal pertama yang harus dilakukan adalah memahami
organisasi tempat kita bekerja, lalu memahami posisi dan peran kita dalam
organisasi tersebut.
Mengambil
inisiatif bukan berarti kita boleh asal bertindak, yang penting memulai
sesuatu. Berinisiatif artinya bertindak selaras dengan tujuan organisasi, dan
sesuai dengan fungsi dan wewenang kita.
Pengetahuan
tentang organisasi serta peran kita akan memastikan tindakan yang kita mulai
sesuai dengan kebutuhan, serta memberi kita panduan tentang batas yang tidak
boleh kita lampaui.
Yang
kedua adalah hal yang lebih teknis, yaitu memahami arahan dari pimpinan. Peran
kita adalah menerjemahkan arahan itu menjadi tindakan-tindakan di lapangan.
Inisiatif bermakna, kita menerjemahkannya menjadi rencana tindakan yang lebih
detil serta mengeksekusinya.
Tapi
inisiatif bisa pula bermakna bahwa kita memperpanjang garis vektor yang sudah
digambarkan oleh pimpinan. Ingat, kita hanya memperpanjang garis itu, bukan
membelokkannya ke arah lain.
Kita
pun harus waspada, ada batas yang tidak boleh kita lewati. Jangan
mememperpanjang garis terlalu jauh.
Bolehkah
kita membelokkan arah garis kebijakan? Sampai di mana batas kita dalam menarik
garis perpanjangan tadi? Dalam hal ini manajemen Jepang punya konsep yang
disebut horenso.
Horenso
adalah nama sayur, sejenis bayam. Tapi dalam hal ini horenso adalah singkatan,
hokoku (lapor), renraku (kontak), sodan (konsultasi/diskusi). Boleh saja kita
berinisiatif membelukkan arah garis kebijakan yang diberikan atasan kita, tapi
kita perlu berkonsultasi dengan dia.
Kita
juga harus tahu sampai di mana kita harus berhenti, atau di mana kita harus
belok lagi. Dalam hal ini horenso, komunikasi dengan atasan, juga dengan
anggota tim yang lain harus terus dilakukan.
Ada beberapa sikap praktis yang bisa kita
kembangkan untuk membangun inisiatif.
Terus
bekerja dan berpikir untuk mencari solusi. Jangan pernah menyerah ketika usaha
yang kita lakukan belum mampu menyelesaikan masalah yang kita hadapi. Hanya
dengan mencoba melalui berbagai cara kita akan menjadi lebih kreatif dengan
berbagai ide. Ingat, ide bisa menjadi kontribusi yang paling mahal bagi
organisasi.
Biasakan
untuk bekerja lebih. Ini terkait dengan memperpanjang garis vektor tadi.
Biasakan untuk mengerjakan lebih dari garis arahan yang diberikan pada kita.
Berpikirlah
sebagai anggota tim. Kita tidak bekerja sendiri dalam organisasi. Mengambil
inisiatif bisa bermakna membaca posisi posisi sejawat, lalu kita menentukan
tempat kita berdiri, untuk mengambil peran di situ. Persis seperti pemain sepak
bola yang memilih tempat untuk menerima umpan, mengopernya kepada anggota tim
lain, atau menendangnya ke gawang lawan.
Biasakan
untuk berbagi gagasan dan berdiskusi. Berinisiatif bisa bermakna mempengaruhi
orang lain untuk menuju pada suatu arah tertentu. Menyebarkan gagasan tentang
apa yang akan atau sedang kita lakukan, mengajak orang melakukannya bersama,
adalah hal penting. Bila ini berhasil dilakukan, maka kita akan mendapatkan
energi yang lebih banyak untuk mewujudkannya.
Pertimbangkan
setiap kesempatan. Solusi untuk berbagai masalah boleh jadi tersembunyi di
berbagai tempat. Bila kita tidak mencoba, mungkin kita tidak akan pernah sampai
kepada solusi tersebut.
Selalu
menambah pengetahuan dan keterampilan, sehingga kita selalu siap untuk
penugasan baru, atau menyelesaikan masalah baru.
Bertanggung
jawablah. Selesaikan apa yang telah Anda mulai. Bertanggung jawablah terhadap
hasilnya, baik atau buruk. Jangan hanya mengklaim bisa hasil baik, dan
menghindar bila ternyata hasilnya buruk. Hasil buruk tidak perlu ditangisi,
tapi harus dijadikan bahan evaluasi untuk berbuat lebih baik lagi.
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/03/15/140932626/Inisiatif
0 komentar:
Posting Komentar